Rabu, 03 April 2019

SOAIAL

Pengaruh status sosial terhadap kesehatan

Do the A’s get healthier lives as well?

Menurut ketua epidemiologi lingkungan di Imperial College London, profesor Paolo Vineis, setelah merokok, aktivitas fisik dan diabetes, status sosioekonomi (socioeconomic position/SEP) adalah faktor keempat terbesar penyebab turunnya angka harapan hidup manusia. Jadi apa sebenarnya SEP dan mengapa hal tersebut memiliki dampak luar biasa terhadap kesehatan?

Kedudukan sosioekonomi meliputi status atau martabat dan profesi yang dimilikinya, dan ini berhubungan dengan kekuasaan dan peluang di masyarakat. Telah lama diketahui bahwa individu dari komunitas sosioekonomi rendah lebih rentan terpapar narkoba, rokok dan alkohol – yang mungkin diakibatkan oleh kondisi sosioekonomi itu sendiri.

Status sosioekonomi dan penyalahgunaan obat

Centres for Disease Control and Prevention (CDC) menganggap individu dengan pendapatan rendah memiliki risiko mengalami over-dosis obat. Faktanya, beberapa eksperimen pada hewan uji sudah banyak dilakukan untuk mengetahui risiko adiksi terhadap lingkungan.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Michael Nader pada monyet jantan sebagai percobaan menunjukkan bahwa monyet yang dominan dalam kelompok sosial mereka adalah monyet yang diberi injeksi kadar kokain lebih rendah dibanding kawanan monyet biasa dan monyet penyendiri.

Bukti tersebut menunjukkan abhwa alasan hubungan ini adalah bahwa sirkuit otak dalam insula, yang merupakan daerah penting untuk memroses emosi, bisa menurunkan ketersediaan reseptor dopamin, tergantung pada status sosialnya.. Dan hal ini dapat menjadi sebuah lingkaran setan, sebagaimana yang sudah diketahui para pecandu. Pengawasan penggunaan obat saja tidak cukup, mengingat kelompok masyarakat ini memiliki akses terbatas ke pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Apakah faktor genetik juga ikut memainkan peran?

Vineis mengadakan studi mengenai hubungan SEP dan angka harapan hidup, dengan memperhitungkan faktor risiko seperti merokok dan konsumsi alkohol. Hasilnya yang diterbitkan pada awal tahun ini di The Lancet menjelaskan bahwa berkurangnya angka harapan hidup per tahun pada kelompok dengan kategori sosioekonomi tinggi dan sosioekonomi rendah adalah 2:1. Namun Vineis menambahkan bahwa hanya tiga kategori status sosioekonomi yang mereka gunakan. Jika kategori lain ditambahkan, ungkapnya, angka harapan hidup dapat mencapai delapan tahun. Vineis yakin hal ini disebabkan karena status sosioekonomi memengaruhi metilasi DNA (Deoxyribonucleic acid), atau pengaturan fungsi gen-gen yang berperan dalam penuaan.

Teori ini tidak dibuat-buat. Buktinya, Social Epigenomics Research Focused on Minority Health and Health Disparities initiative di Amerika Serikat mengalokasikan dana pada sepuluh proyek yang bertujuan untuk lebih memahami hubungan antara faktor genetik, status sosioekonomi dan hasil pemeriksaan kesehatan. 

“Masalah yang dialami saat muda, seperti serangan emosional atau kekerasan fisik atau diabaikan, dapat mengubah tingkat metilasi menyebabkan terbentuknya epigenetik khas, yang mengakibatkan tingginya risiko penyakit jantung, kanker, stroke, dan gangguan mental,” ucap National Institutes of Health (NIH) di Amerika.

Bagaimana dengan kemampuan setiap individual?

Meena Kumari, professor biologi dan epidemiologi sosial, di University of Essex, pernah mempelajari hubungan antara inflamasi sistemik pada seorang individu dan SEP. Terdapat dua alasan mengapa individu yang berada di lingkungan sosioekonomi rendah mengalami inflamasi sistemik. 

Menurut NIH salah satu alasannya adalah, “tingginya paparan terhadap berbagai macam bahaya di lingkungan.” Yang kemudian juga dijelaskan oleh Meena, sebagai contoh, beberapa individu menghirup banyak polutan karena mereka tinggal di kawasan perumahan kumuh.

Alasan kedua ialah hubungan antara sistem inflamasi dan sistem stres. Stres kronik yang berkepanjangan menyebabkan inflamasi sistemik. Studi yang diterbitkan di jurnal Scientific Reports awal tahun ini diperkirakan mengambil sampel darah pada 40.000 individu dan menggunakan protein C-reaktif (PCR) dan fibrinogen sebagai biomarker untuk mengukur inflamasi.

Meskipun ada bukti peningkatan PCR pada lansia gangguan kesehatan, Kumari ingin mengetahi apakah ada hubungannya pada semua orang dewasa. Ia menemukan bahwa di antara usia 30 dan 50 tahun, kedua biomarker berhasil meningkat tetapi kedua biomarker ini meningkat lebih cepat pada individu dengan SEP rendah, Bahkan dengan hanya menyesuaikan faktor risiko seperti merokok dan minum alkohol, tim Kumari menemukan bahwa individu dengan SEP rendah mengalami stres kronik dan inflamasi sistemik jauh lebih sering dibandingkan kelompok lainnya yang memiliki SEP lebih tinggi.

Apa fungsi semua informasi ini?

Di Islandia, informasi ini sudah digunakan dengan baik, sebagai pencegahan. Jumlah remaja pecandu obat berhasil diturunkan secara drastis dengan menciptakan lingkungan yang lebih kaya melalui peningkatan keterlibatan orangtua dan partisipasi anak muda dalam kelompok olahraga. Juga di tingkat komunitas, manajemen kesehatan masyarakat bisa digunakan untuk menurunkan kesenjangan kesehatan di antara pasien yang kesulitan keuangan. 

Dengan memahami informasi ini, pejabat negara, pembuat kebijakan, dan tenaga kesehatan bisa mengembangkan strategi baru untuk menyelesaikan variasi negatif. Secara genetik, “dengan mengidentifikasi modifikasi epigenetik sebelum onset penyakit, akan menjadikan mungkin bagi tenaga kesehatan untuk membentuk intervensi untuk mencegah kondisi atau penyakit kronik di masa depan,” catat NIH.

Vineis yakin bahwa dokter harus mengerti setiap kondisi sosioekonomi masing-masing pasien saat membangun diagnosis dan memberikan terapi. MIMS



Sumber:
https://www.theguardian.com/science/audio/2017/nov/01/how-does-socioeconomic-position-affect-our-health-science-weekly-podcast 
https://www.huffingtonpost.com/entry/addressing-the-opioid-crisis-means-confronting-socioeconomic_us_59f0ec8ce4b078c594fa14cb 
https://healthitanalytics.com/news/nih-takes-on-population-health-disparities-with-social-epigenomics





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Membuat postingan artikel yang berhubungan dengan game

         Dampak Buruk Game Online  Sebagian dari kita pasti menyukai atau malah memiliki hobi bermain game online. Pasalnya se...